Sebisanya

Sekarang aku mulai bisa tersenyum mendapati ponselku tanpa balasan smsnya. Mungkin karena sudah kebal kecewa. Entah apa yang mendorongku untuk tetap bertahan dan percaya sementara aku tahu dia tidak lagi seperti dulu, sikap dan sifatnya yang membuatku dengan mudahnya mempercayakan hatiku telah berubah. Katanya malas membalas sms. Bagaimana seandainya aku juga menyama-malaskan membalas sms orang-orang dengan sms darinya? Haha tapi aku masih sangan bersemangat mendapati kabarnya, tapi entah dianya bagaimana. Dan bagaimana jika aku lebih dulu memberi tahu followersku di Twitter daripada mengabarinya? Ah mungkin baginya tidak apa-apa. Atau apa aku sudah bisa menerimanya apa adanya? Entahlah. Aku masih percaya dan hanya ingin bertahan. Ini tidak mudah. Aku membutuhkannya seperti bagaimana dulu ada yang hilang jika tanpa kabarnya. sekarang pertanyaannya, apakah dia masih membutuhkanku seperti katanya dulu? Bahkan sulit bagiku untuk menyesuaikan diri dengan dia yang sekarang. Tapi, akan aku coba. Lagian kuliah sebentar lagi. Diklat FDC dan proker himpunan menantiku!

Crabby, sakit sekali rasanya. Sakiiiit sekali! Rasanya seperti gak dianggap. Ckck udah sms panjang lebar, gak ada respon, tiba-tiba muncul seperti gak ada apa-apa. Apa emang perasaanku gak penting buat dia?

Dan Crabby, sedih sekali rasanya tahu kalau ternyata dia tertekan :( oh Tuhan what i've done?! Aku seperti gak ada gunanya. Cuma bisa nyusain dan bikin dia tertekan. Padahal gak ada niat sedikitpun! Aku cuma butuh penjelasan, dan dia sedikit menunjukkan niatnya untuk menganggap ini penting. Hubungan ini. Komitmen ini. Ah aku gak butuh sms yang setiap waktu ada kok. Bukan ituuu! Caranya yang gak bisa aku terima. Berubahnya dia yang sulit aku terima. Yang aku jalanin, kebiasaan yang dia ciptakan, sekarang menjadi 180 derajat berbeda. Entah apa yang dia pikirkan. Aku cuma butuh penjelasan. Dijelaskan. Dikomunikasikan dengan baik, biar akunya juga gak salah paham dan bisa menerima. Aku bukan orang yang menuntut dia selalu ada kok, karena dari awal hubungan ini dimulai dengan kepercayaan penuh. Tidak sedikitpun aku ragu! Apalagi sampai berpikir orang ketiga! Gak sama sekali. Aku masih percaya dia orang baik. Dan pasti ada alasan kuat di balik berubahnya dia. Aku cuma butuh mendengar penjelasan itu! Itu saja. Tapi, bahkan untuk berbicara di telpon pun sulit sekali. Jujur saja, aku ngerasa dihindarin. Apa setertekan itu dia dengan sikapku? Ya Allah :( gak ada maksud. Bener-bener gak ada maksud. :"

Ya Allah :'(

Haha berasa lucu sendiri habis nangis -,- iin iinn x_x

Ntar bingung besok pulangnya gimana kalo mata masih bengkak o.O

Aku terlalu negative thinking :( Ya Allah tuntun aku kembali ke jalan yang seharusnya.. :(( aku menyesal!

Ibadah emang kurang akhir-akhir ini sih yaa.. Ya Allah maafkan :(

Mending sholat malam dulu sebelum tidur. Bangkiiiit!

Dia yang terbaik. Ya Allah ridhoi. Ingatkan aku jika melampaui batas. Astaghfirullah.. Sesungguhnya rasaku tidak lebih besar padanya dariMu, bahkan tidak bisa dibandingkan. Tapi, ridhoi jalan kami. Amiin.

Dia yang terbaik. Ya Allah ridhoi. Ingatkan aku jika melampaui batas. Astaghfirullah.. Sesungguhnya rasaku tidak lebih besar padanya dariMu, bahkan tidak bisa dibandingkan. Tapi, ridhoi jalan kami. Amiin.

Malam ini aku salah.

Harusnya tidak ku tambah bebannya. Ternyata lusa monevnya. Aku pikir tadi. Katanya kemarin tanggal 23. Ditambah lagi onlinenya dan pengabaian pesanku. Tapi itu mungkin di luar kuasanya. Mungkin yang sebenarnya tidak seperti itu. Harusnya aku mendengarkan diriku sendiri. Dia orang baik! Tidak mungkin tega. Pasti ada yang mendesak. Ah iin selalu begitu! Belajar belajaaaaar! Harus selalu percaya dia orang baik! Yap aku gak salah memilih percaya sama dia! Insya Allah.

Selalu setia menunggu kapan janji-janji itu terpenuhi. Entah sampai kapan atau mungkin dia sudah lupa. Tapi tetap saja, hati memintaku menunggu! Penuh harap walau berakhir kecewa, terjadi berulang dan kadang menyakitkan. Itu resiko. Haha padahal ekspektasi untuk hubungan ini dulu sangat tinggi. Entah dia berubah, kesibukan atau rasanya. Tetap, dalam hati selalu setia menunggunya berbalik dan melihatku. Sesederhana itu! Sulitnya dimana? Menjadi yang aku kenal dulu sulitnya dimana?

Apa dengan berubahnya kesibukan, cara memperlakukan hubungan ini juga harus berubah? Klise ya :"

Saya tahu dia masih melihatnya.

Rasa selama itu tak akan mudah hilang dan terganti begitu saja. Tapi, kalo memang harus seperti itu jalannya, ya Allah tolong bantu saya ikhlas.

Salahkah andai bertanya "Masih kontekan sama mantan?" Pasti yaa.. Di Twitter msh follow2an, di FB juga msh temenan. Haha memikirkan ini rasanya sakit yang sudah aku lupakan bertahun-tahun hmm baru 2 tahun terasa lagi bahkan lebih sakit rasanya. Gak mau nangis lagi! Enggaaaaak! Harus kuat! Harus! Ah tapi rasaku masih terlalu besar untuk diabaikannya. Apa mungkin dia bisa sejahat itu? Aku rasa aku telah menjatuhkan pilihan terbaik. Itu dia. Tapi, jika jalannya harus terulang dengan orang yang berbeda, ya Allah aku mohon lebih kuatkan lagi aku.

Kemarin-kemarin-kemarinnya lagi kemarin, katanya hari ini dia monev pkm. Semoga lancar dan sukses! Amiin.

Mau cerita ke siapa juga gak akan ada yang ngerti. Mending nulis, lebih enak bertanyajawab dengan diri sendiri.

Entahlah, dia masih OL FBchatnya, tapi imesku gak dibales. Kalo kayak gini gimana aku gak nyimpulin aku diabaikan? Hahaha emang siapa aku? Bahkan tempat berbagi masalahnya bukan aku. Padahal aku membutuhkannya. Pertanyaannya, apakah aku penting buat dia? Ah sedih kaaaaaaaan huuuu

Sudah berapa kali dia ingkar.

Terakhir yang ku ingat tadi sore, katanya malam ini mau meluruskan. Tapi, mungkin dia kecapaean. Mungkin sudah istirahat.

Ah sedihnya sekarang sudah jauh berbeda. :( apa mungkin bisa seindah dulu lagi? Atau ah tidak mungkin. Aku tetap percaya dia orang baik. Pasti ada alasan yang kuat di balik semua sikapnya. Yakin dia masih sayang sama aku. Amiin.

Sepertinya cukup ya! Aneh sibukmu tidak hanya mengurangi waktumu tapi juga kebiasaan dan semua sikapmu! Haha

Belum dibaca juga :( semoga sudah sahur dia. Hhm

Aku benar-benar bingung mendeskripsikan hubungan ini. Sulit menginterpretasikan yang terjadi pada hubungan ini. Adakah cinta tanpa air mata? Sebelumnya ku pikir ada, tapi ternyata memang betul tak ada cinta tanpa air mata. Bahkan di saat kau harus melindungi hatimu sendiri, kaulah yang paling melukai hatimu. Entahlah! Aku hanya ingin bertahan. Mempertahankan kita. Oh iya, apapun yang kau hadapi, sebesar apapun kebingungan dan masalahmu sekarang, semoga cepat diberi jalan keluarnya sama Allah. Menyakitkan memang beranggapan diabaikan. Tapi jauh lebih menyakitkan ketika mengetahui kau sedang dalam kesulitan, entah apapun itu bentuknya, kau harus bisa melewatinya. Doa yang tanpa henti sedikit banyak membantuku.

Aaaah anggap saja aku sedang menyampaikan ini padanya. Setidaknya dengan blog ini, tumpahan tulisan ini, sedikit mengurangi sakitnya tenggorokanku. Haha

Tuhan :'(

Sekarang kekasih sidang PKL! Semoga lancar dan sukses. Amiiiin ya Allah.. <3

Besok kekasih sidang pkl. Semoga maksimal persiapannya. Selalu bangga sama kekasih. Hihi :)

Tuhan, cemburu gak apa2 ya?

Aku cemburu 😔

Ternyata gak enak rasanya.. Hehe

Semangat program terakhir PKM-Mnya, Sayangku. Semoga bisa maksimal dan semua yang kamu lakukan bernilai ibadah. Aku bangga sama kamu :) <3

:'(

Tapi, pada akhirnya hatiku pun selalu mengharapmu!

Kira-kira aku bisa menyimpulkan apa lagi selain ini? Dari caramuuu sayaaang. Aku juga tidak ingin memaksamu. Semua ku kembalikan padamu. Tapi, tak ku temukan kekuatan mengungkapkan semuanya.

Tenggorokanku sakiiiit! 

Sekarang pertanyaannya apakah aku penting buatmu? Ah tapi sudahlah. Gak ada gunanya juga bahas ini. Ujung-ujungnya juga pasti aku jelek. Sayaaang, you've changed too much. Mana pekamu? Mana kamu yang dulu? Apakah ikut memudar bersama rasamu? Ah tapi saat kau menjawab seadamu aku juga tidak bisa berkata. Andai kau tahu.. Atau aku yang tidak tahu? Tapi bagaimana bisa aku tahu? Kalau ah sudahlah..

Mulai sekarang aku akan lebih fokus untuk bahagianya. Karena ternyata, aku lebih mudah menemukan ketenangan disana.

Ini bukan lagi tentang rasa, lebih dari itu.