Monday, February 18, 2013

Jika

Jika kau adam yang memilihku sebagai hawamu, maka saat itu juga jalan tertutup rapat untuk adam yang lain. Ku ingin bersamamu lebih lama lagi, selama mungkin jika selamanya tak mungkin.

Jika

Jika kau adam yang memilihku sebagai hawamu, maka saat itu juga jalan tertutup rapat untuk adam yang lain. Ku ingin bersamamu lebih lama lagi, selama mungkin jika selamanya tak mungkin.

Tuesday, February 5, 2013

Part 3


Pagi itu sangat sejuk, dingin menusuk tulang. Bunga mawar merah di depan rumah Mas Anton sedang centilnya bermekaran. Cantik. Bermain-main dengan mawar itu, mengabadikan anggunnya dengan kamera yang saat itu ku bawa. Kabut yang masih tebal menutupi pandanganku ke dataran yang lebih rendah, kebetulan rumah Mas Anton ini di dataran yang lebih tinggi. Aku senang dengan suasana pagi ini. Mengingat pagi itu sudah lumayan terang, aku melirik jam tanganku (Jam yang kau berikan padaku hari itu), untuk sekedar tahu jam berapa sekarang. Aku jadi ingat padamu. Sepagi ini kau belum datang. Ku kumpulkan niat menuju kamar mandi, lalu setelah mandi mengemasi barang-barangku yang tidak sempat aku kemas malam tadi karena kelelahan. Setelah semua beres, aku memutuskan untuk duduk santai di ruang tamu, tersirat, aku menunggumu. Tidak terlalu lama aku berbasa-basi duduk di ruang tamu itu menunggui yang lain selesai bersiap-siap, akhirnya kau datang. Mendengar suaramu, Lina langsung keluar menyapamu. Aku hanya tersenyum waktu itu, sedikit ikut dalam basa-basi itu. Bahagia itu sangat gamblang terlihat di wajah Lina. Dia menyukaimu.

Akhirnya semua selesai berkemas, kalian mengantar kami ke Jl. Bunga Merah, tempat berkumpul kegiatan yang aku ikuti bersama teman-teman dari Makassar. Kau bersama Wulan, aku bersama Mas Anton. Yang lain entahlah, aku lupa. Setibanya disana, setelah memberikan tanggung jawab itu kepada Wulan untuk membereskan administrasi, aku bergegas menemui kalian. Karena pagi itu belum sempat sarapan dan belum membeli cemilan untuk perjalanan dan kegiatan kami, aku berinisiatif untuk pergi membelinya untuk anak-anak. Tapi,  Mas Anton sudah pergi lebih dulu membeli pesanan Lina. Well, besar peluangku untuk bisa pergi bersamamu, Wulan menitipkan untuk membeli susu. Pagi itu, untuk keduakalinya kau memboncengku, aku merasakan ribuan kupu-kupu menari di perutku. Entah perasaan macam apa lagi itu! Sepanjang perjalanan yang sangat pendek, ya pendek, karena hanya berjarak beberapa puluh dari tempatku tadi. Tibalah kami di minimarket itu. Aku membeli pesanan Wulan dan beberapa kebutuhanku, beberapa susu kotak, tela, coklat, dan air mineral. Kau membantuku membawa belanjaan itu. Lumayan berat. Aku ingat saat itu kau yang memakaikan helmet itu ke atas kepalaku, kedua tanganku menenteng belanjaan. Seketika aku merasakan kupu-kupu itu menari-nari lagi di perutku. Hhmm..

Matahari sudah meninggi, rombongan bersiap-siap berangkat. Aku ingat, pagi itu beberapa dari kalian termasuk kau harus berangkat ke lokasi praktek lapang. And then, we seperated. For two days only.

Dua hari mengikuti kegiatan di Batu waktu terasa sangat lama. Ku lalui kegiatan itu terlihat senormal mungkin, walau tidak seperti biasanya, aku selalu bisa menjadi inti di kegiatan karantina semacam ini. Ya, sebut saja karantina. Haha! Tapi, saat itu semua terlihat tidak begitu menarik, tapi aku juga tidak mengatakan bahwa semuanya tidak menarik. Beberapa menarik, berjalan diatas bara apa misalnya. Dua hari itu terasa sangat lama, pergerakan jarum pendek pada jam tangan yang diberikannya saat itu, yang tak pernah luput dari ingatanku untuk memakainya, terasa sangat lambat pergerakannya. Sampai akhirnya tibalah di acara penutup. Tak bisa dipungkiri, teman-teman disana lumayan menyenangkan, walau ada yang lebih menyenangkan dibanding apapun di dunia ini saat itu. Kembali ke Malang.

Sesampainya di tempat berkumpul kemarin, aku sudah melihat kau dan yang lainnya menunggu. Sesaat aku merasakan kupu-kupu itu menari lagi. Yang tak ku duga, malam itu aku duduk di boncenganmu. What a night! Perfect night. Sayangnya sebentar dini hari aku dan teman-temanku sudah harus meninggalkan Malang menuju bandara. Tulangku seperti remuk, kurang tidur. Tapi, malam itu ku putuskan untuk tidak tidur, matapun bekerja sama untuk tidak berat malam itu. Aku menghabiskan malam itu, anggap saja hanya ada aku dan kau dan modul praktikumku malam itu. Malam yang sangat menyenangkan, tak akan terlupakan!
To be continued..