Wednesday, September 17, 2014

Tentang Kebohongan yang Termaafkan

Sebelumnya sulit menerima kejujuranmu tentang kepura-puraanmu mencintaiku. Ada sesak yang tak bisa ku kendalikan. Napasku tercekat. Oksigen tiba-tiba tak mampu terhirup.
Ada air mata yang setengah mati tertahan di kantung mata. Air mata yang begitu pilu mengetahui kekasih yang setulusnya ku cintai pernah dengan sengaja menghianatiku, dengan kekasihnya sebelum aku.
Rasanya aku ingin berlari sekencang-kencangnya saat itu juga. Meninggalkan semuanya yang sudah terlanjur manis namun diawali dengan kebohongan. Ya, ternyata lima bulan aku dibohongimu. Itu bukanlah waktu yang singkat. Lima bulan aku tidak dicintaimu di saat hatiku telah sepenuhnya mencintaimu.
Ya, hubungan kita kau awali dengan kebohonganmu, menghianatiku.
Namun, pada pengakuanmu di sela-sela permintaan maafmu, saat ini tidak ada perempuan lain selain aku. Aku percaya. Entah darimana percaya itu bisa datang. Aku yang sebelumnya tak bisa percaya lagi kepada pembohong, dengan gampangnya memaafkan dan mempercayaimu kembali.
Aku melihat kesungguhan itu. Aku bisa merasakan, akulah satu-satunya yang dicintaimu. Kamu, lelaki yang selalu aku banggakan, sekarang seutuh hatimu untukku.
Sejauh ini aku percaya. Di sampingmu aku bahagia. Di dekatmu aku menjadi kuat. Dan hanya dengan senyummu kesedihanku melebur.
Aku ingin denganmu. Menua bersamamu. Denganmu aku bahagia.
Untuk kekasihku, Bul.

No comments:

Post a Comment